Pages

Senin, 07 Februari 2011

5 Centimeters per Second: A Chain of Short Stories about Their Distance


“Akankah kamu tetap setia mengejar impianmu yang telah melambung begitu tinggi di angkasa?”
Pertanyaan di atas mungkin cukup memberikan gambaran mengenai premis cerita film karya sutradara Makoto Shinkai ini. 5 Centimeters per Second, film yang berbicara seputar cinta, impian, dan jarak yang memisahkannya, akan membuat kita merasakan sakitnya setiap detik waktu yang dilewati saat impian dan cinta kita berada begitu jauh jaraknya.
“I’m always searching everywhere for your figure. Our meeting platform, the back alley window. Even though I know you won’t be there.”
Takaki Toono dan Akari Shinohara pertama kali bertemu ketika Akari pindah ke Sekolah Dasar tempat Takaki bersekolah. Keduanya kemudian menemukan bahwa ternyata mereka memiliki banyak kesamaan. Hal tersebut membuat keduanya menjadi teman dekat dan kemudian saling mendukung dan menemani, kedekatan mereka juga ditandai dengan cara mereka memanggil satu sama lain dengan nama pemberian, alih-alih nama keluarga yang wajar digunakan. Seiring waktu berjalan, keduanya membangun ikatan yang sangat erat dan seolah menjadi lahan yang baik untuk benih-benih cinta yang mulai bersemi.
 
Semuanya berlangsung dengan baik sampai suatu saat Akari harus pindah ke Tochiri karena tuntutan pekerjaan orang tuanya. Dan hubungan mereka yang terpaut jarak yang sangat jauh pun dimulai.
“If my wish is granted, I will be by your side. There’s nothing I can do. I will risk everything to embrace you.”
Seperti yang disampaikan dalam judulnya, film ini terdiri dari 3 chapter film pendek yang berkaitan. Setiap chapter membagi cerita sesuai tingkatan usia dan sudut pandang naratif yang berbeda-beda.

Momen bahagia antara Takaki dan Akari
Chapter 1: Oukashou (Extract of the Cherry Blossom)
Menceritakan Takaki dan Akari ketika mereka di bangku Sekolah Dasar hingga menjelang kelulusannya dan menggunakan sudut pandang penceritaan dari karakter Takaki. Setting waktu dan tempat dilibatkan secara intens dalam film ini. Pada chapter ini kita akan merasakan sakitnya setiap detik yang berlalu dalam perjalanan panjang Takaki untuk bertemu dengan Akari.

Takaki dan Kanae hampir setiap hari pulang sekolah menggunakan motor bersama.
Chapter 2: Cosmonaut
Seorang karakter baru, Kanae Sumida teman sekelas Takaki di Kagoshima, diperkenalkan sebagai sudut pandang baru. Kanae menyukai Takaki, namun sangat sulit baginya untuk mengutarakan perasaannya. Berbeda dengan Akari yang feminin, Kanae agak sedikit tomboi dengan kelebihannya dalam hal olahraga. Kanae adalah seorang surfer, dalam chapter ini diceritakan juga mengenai usahanya untuk mengendarai ombak. Setelah waktu menjadi elemen penting pada chapter 1, di chapter ini kita akan lebih terpukau dengan keindahan alam pedesaan, lautan, dan langit malam yang indah. Seperti pada chapter 1, elemen tersebut tidak hanya menjadi tempelan saja, namun juga merepresentasikan hal-hal tertentu (akan dibahas lebih lanjut pada bagian Metafora dan Simbolisme).

Di persimpangan jalan dengan rel kereta api
Chapter 3: 5 Centimeters per Second
Takaki kini telah memiliki pekerjaan dan tiap karakter telah menjalani kehidupannya masing-masing. Chapter terakhir memberikan kesimpulan dan penyelesaian. Sudut pandang kembali pada karakter Takaki. Segmen ini merupakan bagian yang sangat penting dan emosional. Ending dari film ini akan membuat penonton sebagai pribadi yang berbeda-beda untuk memutuskan, either you love it or hate it. Saya, ada pada pihak yang menyukainya, sangat menyukainya. Shinkai sensei memberikan alternatif lain dalam mengeksekusi cerita film yang sebenarnya sudah cukup banyak diangkat, dan ending film inilah yang  membedakan film ini dengan film lain bertema serupa.
“If there is a miracle, I want to show you it right now. The new morning, the new me. Even the word ‘love’ that I couldn’t say to you.”
Sudut pandang yang berbeda-beda merupakan salah satu hal yang menarik dari film ini. Hal tersebut membuat kita turut merasakan perasaan yang berbeda-beda dari tiap karakter dan cara pandang yang berbeda dalam melihat karakter-karakter lainnya. Seperti ketika di chapter 1 kita akan larut dalam perasaan Takaki melalui naratif dari sudut pandangnya. Hingga beralih ke chapter 2, kita melihat Takaki melalui perspektif Kanae di mana kita dibuat buta akan isi hati Takaki dan cenderung memberikan simpati pada perasaan Kanae. Naratif yang disampaikan secara langsung dalam dialog tokoh utama yang terhitung cukup banyak mungkin akan memberikan kesan monoton untuk kebanyakan orang. Namun melihat film-film Shinkai sensei terdahulu, nampaknya hal tersebut memang telah menjadi ciri khasnya. Selebihnya, film ini merupakan film drama yang amat romantis dan emosional. Endingnya yang menggunakan pendekatan realis membuat film ini spesial dan bijaksana, very recommended to watch. Selain itu, animasi Makoto Shinkai merupakan animasi yang akan sangat disayangkan jika terlewatkan ;).

5 Centimeters per Second akan memberikan kita visual yang menakjubkan. Setiap detail kelopak bunga sakura yang berjatuhan, rerumputan, salju, awan, hingga percikan air yang memantulkan cahaya matahari atau bintang-bintang di langit yang digambarkan dengan indah dan dibalut oleh warna-warna cerah yang menyilaukan khas Makoto Shinkai.
Setiap background setting film, terutama langit yang menjadi elemen penting dalam penceritaannya, terlihat seperti lukisan realis namun poetis. Ya, hampir semua elemen, background, atau setting film anime ini diberi treatment khusus karena memang semua itu terlibat secara langsung dalam penceritaannya dan bahkan memegang peranan yang penting.

Meskipun di sepanjang film kita akan dimanjakan oleh visual yang mengagumkan, di lain pihak, Shinkai sensei tidak mengimbanginya dengan kehalusan animasi dari pergerakan karakter-karakternya. Animasi tokoh-tokohnya masih terlihat agak kaku, meskipun di beberapa bagian penting dan dramatis – seperti pada adegan pembuka chapter 2 – angin yang berhembus kencang dan dramatisasinya menuntut animasi karakter yang lebih detail.
Summer memories are spinning around me. Heartbeats that have suddenly stopped.

5 Centimeters per Second menggali begitu dalam akan realita cinta yang sering tidak ramah dengan kondisi yang dialami sang pencinta. Cinta merupakan hal yang sangat sulit dilepaskan, apalagi jika cinta itu telah diperjuangkan dan melekat dalam waktu yang lama. Takaki telah melekatkan cintanya pada Akari dan terus melihat ke suatu tempat yang jauh di mana mereka bisa bersama kembali, dan hal tersebut membuatnya buta akan banyak cinta-cinta baru yang berkembang di sekitarnya. Kegelisahan Takaki yang ditunjukkan di chapter terakhir film ini menunjukkan kesadaran Takaki akan impiannya untuk bersama Akari yang perlahan menjadi bentuk kesombongannya untuk melawan realita. “Desperately, they just want to reach the dark sky with their hands, launching a giant mass like that”, ungkap Kanae ketika melihat roket meluncur ke angkasa. Sedikit demi sedikit Takaki melihat langit indah di mimpinya menjadi sebuah ‘dark sky’ seperti yang diungkapkan Kanae. Pada akhirnya Takaki diberi kesempatan untuk memastikan keputusannya (dijelaskan pada bagian Interpretasi Ending) untuk melanjutkan kehidupannya meraih mimpi-mimpi cerah yang tertutup yang telah lama menantinya.

Mimpi dan realita sering terasa seperti langit dan bumi. Sesuatu yang jauh dan terpisahkan. Namun jika kita melihat dari sisi yang lain, keduanya sangatlah erat dan dekat. Keduanya mengisi satu sama lain dan saling mempertahankan keseimbangan. Ketamakan menyebabkan manusia lalai untuk bersyukur dan sering memandang realita sebagai sesuatu yang kejam. Lihatlah keluar pada sisi yang lain, fantasi sesaat hanya akan tersandung realita. Saat itulah ia akan membantu kita mengenali mimpi.
Janganlah pernah menyerah mengejar mimpi yang baik, karena realita akan setia menuntunmu menuju tempat di mana keduanya akan bertemu.

Bagian selanjutnya sangat direkomendasikan untuk dibaca setelah menonton filmnya, SPOILER AHEAD.

Interpretasi Ending
Di chapter terakhir Takaki telah mempunyai pacar yang diketahui belakangan tidak dihiraukannya, sedangkan Akari telah bertunangan dan siap untuk menikah.
Adegan terakhir diperlihatkan Takaki akhirnya bertemu, atau lebih tepatnya berpapasan, dengan Akari di persimpangan jalan dan rel kereta api. Mereka berjalan berseberangan sampai kemudian berpapasan. Dimungkinkan keduanya menyadari dan mengenali satu sama lain, tapi keduanya tidak berhenti dan terus berjalan menyeberang. Setelah sampai di seberang jalan Takaki mencoba menoleh ke belakang, di mana kereta api telah mulai lewat di antara keduanya. Takaki kemudian bertaruh, apakah Akari akan menoleh kepadanya atau tidak. Setelah gerbong terakhir lewat, Takaki menemukan sosok Akari telah menghilang. Setelah itu Takaki tersenyum kecil dan meneruskan perjalanannya, berlalu di antara kelopak bunga sakura yang berguguran.

Untuk sebagian orang, hal tersebut merupakan hal yang agak mengecewakan dan kurang memuaskan atau terasa menggantung. Namun, apabila kita melihat dari sisi yang lain, sebenarnya penyelesaian ini adalah sebuah happy ending. Shinkai sensei memberi kesempatan pada Takaki untuk bertemu Akari guna meyakinkan keputusannya untuk melanjutkan kehidupannya menuju kehidupan yang lebih baik.

Metafora & Simbolisme
Tidak seperti kebanyakan film anime yang menjamah wilayah pasar mainstream, 5 Centimeters per Second memiliki filosofi-filosofi yang menarik yang disampaikan melalui metafora dan simbolisme. Interpretasi dari setiap simbolisme akan beragam menurut pribadi masing-masing, berikut interpretasi saya akan beberapa simbolisme.

5 Centimeters per Second, waktu yang ditempuh suatu kelopak bunga Sakura ketika jatuh dari pohonnya. Pelan, merupakan metafora manusia yang merasakan waktu yang begitu pelan ketika telah berpisah dengan kelopak bunga yang lain. Seperti kelopak bunga sakura yang pada awalnya satu kesatuan yang indah, pada akhirnya akan menempuh jalan jatuhnya sendiri-sendiri.
Langit digambar dengan sangat indah dan detail karena unsur tersebut terlibat secara penuh dan mempunyai peran yang penting.
Langit, kerap kali diperlihatkan langit luas yang tinggi dan terkadang terdapat seekor atau dua ekor burung yang terbang ke atas menuju langit. Langit mengisyaratkan betapa jauhnya jarak Takaki dengan impiannya untuk bersatu dengan Akari, seperti diperlihatkan di chapter 2, ketika Takaki sering melihat jauh kea rah langit.
Burung yang terbang menggambarkan kedatangan dan kepergian. Terkadang burung tersebut terbang merendah, mengisyaratkan kedatangan Takaki ke suatu tempat, di waktu lain seekor burung terbang tinggi memperlihatkan kepergian Takaki. Pada adegan pembuka chapter 2, diperlihatkan 2 ekor burung terbang berdampingan. Adegan ini dimungkinkan perwujudan impian Takaki yang bisa bersama Akari untuk kembali bersama.
Takaki's vision
Adegan pembuka chapter 2, Cosmonaut, yang diperlihatkan berulang-ulang merupakan scene paling indah dan dalam. Adegan tersebut saya interpretasikan sebagai gambaran impian Takaki untuk bisa bersama dengan Akari melewati moment yang menyenangkan, kebahagiaan dan keindahan mimpi Takaki diperlihatkan dengan setting yang begitu indah. Keduanya berada di suatu tempat yang tidak diketahui menatap langit yang indah, melihat matahari terbit yang digambarkan secara surreal namun mengagumkan. Sesaat diperlihatkan bayangan seperti planet bumi, mungkin hal tersebut menunjukkan kalau mereka berada di planet lain, atau menunjukkan ketidaknyataan/mimpi melihat kebahagian (ditunjukkan oleh keindahan langit) yang berada pada jarak beribu meter jauhnya.
Takaki dan Kanae menatap roket yang meluncur ke angkasa.

Roket yang meluncur tinggi di angkasa ketika Kanae ingin mencegah kepergian Takaki, melambangkan impian Takaki yang begitu tinggi melambung ke angkasa. Kanae dalam adegan ini secara langsung memberikan hints akan simbolisme tersebut, bahwa Takaki tidak pernah melihat Kanae, melainkan melihat ke suatu tempat yang begitu jauh yaitu Akari.

Rate: 4/5 stars

Review oleh: Hardian. Z

Tidak ada komentar:

Posting Komentar